Sepintas Memaknai Kehidupan Melalui Cerita Wayang Kulit

TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU 
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Marsigit M.A.

Hai Sobat! Salam kenal dan selamat datang di blog saya :)

  Ini merupakan postingan pertama saya dan juga pertama kalinya saya memiliki blog. Saya minta maaf sebelumnya bila ada kata-kata yang kurang berkenan. Bila ada kritik dan saran silahkan berikan komentar anda. Terimakasih :D

  Jadi postingan pertama saya ini berhubungan dengan tugas mata kuliah yang sedang saya tempuh. Hari ini saya akan membahas tentang "Wayang Kulit". Hal ini tentunya tidak asing bagi kita semua, khususnya masyarakat yang memang asli orang Jawa. 

  Ini merupakan pertama kali juga saya menonton wayang kulit secara langsung. Saat itu saya dan teman-teman sepakat pergi menonton wayang pada tanggal 13 september 2019 dari pukul 20.00-22.00 WIB di Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Dengan bermodalkan tiket 20 ribu rupiah kami pun disajikan pertunjukan wayang kulit dengan tema "Anggada Duta" atau Anggada diutus. Perlu kalian ketahui (bagi sobat yang belum tau), pertunjukan perwayangan diadakan per-episode dan kebetulan yang saya tonton adalah episode ke-4. Dan pertunjukan wayang kulit kali ini merupakan penggalan kisah dari Rama dan Sinta.

   Jadi dibawah ini adalah foto tiket dan brosurnya yah sobat. Ketika masuk museum, kalian akan diberikan dua benda seperti ini.



  Adapun cerita dari pertunjukkan ini diawali saat di negara Alengka, Rahwana sedang berduka karena adiknya Sarpakenaka tewas melawan pasukan kera dari Maliawan. Lalu, Anggada utusan Rama datang memberi peringatan kepada Rahwana untuk menyerahkan Sinta kembali ke Sri Rama dan jika tidak pasukan Sri Rama akan merebut secara paksa dengan pasuka penuh. Rahwana merasa murka namun mengurungkan niatnya karena Anggada adalah putra Subali, guru masa lalunya. Maka ia berniat menghasut Anggada untuk berkhianat pada Rama. Namun usahanya gagal dan Anggada merebut mahkota Rahwana lalu membawanya ke Suwelagiri. Rahwana merasa terhina dan naik ke Suralaya untuk meminta keadilan dari para Dewa. Ia menggugat Bathara Guru karena selalu memberikan kemenangan kepada pihak Rama sedangkan Alengka menderita kekalahan. Maka ia meminta umur yang panjang agar bisa mengalahkan Rumawijaya. Maka Bathara Guru mengabulkannya, namun ternyata Rama yang telah diberikan restu oleh Bathara Guru menjalankan siasat sehingga umur panjang Rahwana justru berpindah kepada dirinya. Sehingga ajal Rahwana akan datang padanya dalam waktu yang tidak lama lagi.

  Selama pertunjukan berlangsung, alunan gamelan yang apik dan lantunan lagu jawa yang dinyanyikan selalu mengiringi kepiawaian sang dalang dalam menggerakkan wayang kulitnya dari awal sampai akhir. Musik yang begitu khas dan kental akan budaya, membuat saya kagum sekaligus menambah wawasan saya betapa hebatnya warisan budaya kita ini. Saya berharap warisan budaya ini tetap lestari dan tidak ditinggalkan seiring perkembangan zaman. Ohya, kalian jangan khawatir bila merasa lapar ataupun haus. Karena pihak museum sangat baik hati, mereka menyediakan minuman dan jajanan khas lokal yang enak dan sehat.

  Melalui pertunjukkan wayang kulit yang saya tonton, cerita ini mengajarkan kita untuk tidak serakah seperti Rahwana. Ia mengambil istri orang lain dan meminta umur yang panjang tanpa batas. Karena keserakahan malah akan membawa malapetaka dan keburukan. Untuk itu, kita patut bersyukur atas apa yang kita miliki dan tetap rendah hati.

  Mungkin ini saja yang bisa saya bahas dan saya maknai bagi kita semua. Semoga bermanfaat dan terimakasih :)

Komentar

  1. Untuk memulai menulis sudah hal yang luar biasa, ... pesan moralnya bagus untuk diterapkan dalam keseharian karena hal tersebut menyentuh dalam kehidupan ... ambil pembelajarannya. Sukses selalu 👍

    BalasHapus
  2. Mantaaap, jadi ikut tau tentang pewayangan walaupun saya belum pernah nonton wayang secara langsung

    BalasHapus
  3. Wuihhh seru juga wayang ternyata, smngatttt

    BalasHapus

Posting Komentar